Kompetensi Muatan Roket Indonesia (KOMURINDO) digelar di Bantul, Yogyakarta pada 25-27 Juni 2011. Ajang kompetisi prestasi di bidang rancang bangun muatan roket ini diikuti 40 tim terseleksi dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia. Setelah melewati tahap uji fungsional dan uji muatan, hanya 21 tim mengikuti Kontes Muatan Roket Indonesia (Komunrindo) 2011.
Pada saat uji peluncuran terdapat dua tim yaitu tim roket yang mengundurkan diri. Pengunduran diri tersebut dikarenakan adanya kerusakan radio frekuensi (rs) akibat terbakar pada saat proses integrasi. .
KOMURINDO telah dilaksanakan untuk ketiga kalinya sejak 2008 yang ini diselenggarakan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdiknas bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Pemerintah Kabupaten Bantul, dan Akademi Angkatan Udara.
Untuk kompetisi tahun 2011 ini mengambil tema "Attitude Monitoring and Surveillance", yakni kompetisi untuk mendapatkan juara hasil rancang bangun muatan roket (payload) yang mampu kembali atau menuju sasaran yang telah ditentukan (homming), setelah terlepas dan terpisah dari roket peluncur seri RUM70-100-LPN. Roket ini berbahan bakar propelan padat dan dapat mencapai tinggi terbang 2 km.
Tahap pengujian dilakukan dalam tiga tahap yaitu uji fungsionalitas dan integrasi muatan, uji terbang muatan, dan presentasi data hasil uji terbang. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya untuk tahun ini muatan roket dilengkapi dengan kamera untuk gambar diambil dan dikirimkan ke ground station di bawah.
Muatan yang lolos uji fungsional bisa ikuti peluncuran. Muatan akan diluncuran diintegrasikan dengan roket. Sebelum lomba peluncuran, panitia melakukan uji dimensi dan payload dan lomba uji fungsionalitas.
Agfianto Eko Putra mengatakan dalam uji peluncuran roket setiap peserta diberikan kesempatan meluncurkan roket. Adapun cara kerja roket layaknya proses pelepasan pesawat angkasa luar. Saat berada di angkasa, roket melakukan separasi, payload dan motor berpisah. Keduanya terbang diangkasa dengan parasut. Saat di angkasa payload diberikan sejumlah misi untuk mengambil data serta gambar.
Pada 12 detik pertama mengambil data akselerometer. Selanjutnya mulai detik 12-72 mengambil data gambar. Data maupun gambar diperoleh dari hasil jepretan kamera foto yang didalamnya terdapat transmisi data. Kemudian hasilnya dikirim ke bumi yang selanjutnya diterima dengan komputer. Data itulah yang selanjutnya diolah menjadi image/grafik untuk dipresentasikan.
Muatan roket yang dibuat oleh tim UGM menelan biaya kurang lebih Rp. 10 juta, dengan diameter 100 mm, tinggi 200 mm dan berat maksimal 1.000 gram. Adapun motor yang digunakan adalah dengan spesifikasi arus besar dengan dimensi yang kecil.